Menembus Tembok Prestasi, Bambang Pamungkas Tanggapi Program Naturalisasi Timnas Indonesia 

Legenda Sepakbola Indonesia Bambang Pamungkas

ILINE OLAHRAGA - Di bawah sinar mentari pagi, Bambang Pamungkas, legenda sepakbola Indonesia, duduk termenung di teras rumahnya. Di tangannya, sebuah artikel berjudul "Timnas Hindia Belanda" tergeletak terbuka. Matanya terpaku pada kalimat-kalimat yang tertera di sana, membangkitkan berbagai pertanyaan dan refleksi dalam benaknya.

"Secara pribadi, saya tidak pernah anti dengan program naturalisasi," tulis Bepe, panggilan akrab Bambang Pamungkas. Aturannya memang memperbolehkan, dan hampir seluruh negara di dunia juga melakukannya. Jadi, ketika Indonesia melakukan program naturalisasi besar-besaran, saya tidak dalam posisi untuk berseberangan."

Namun, keraguan tetap menggerogoti hatinya. Bepe teringat masa jayanya bersama Timnas Indonesia, di mana Garuda berjaya dengan kekuatan murni para pemain lokal. Pertanyaannya, apakah naturalisasi akan menjadi solusi instan untuk mengangkat prestasi sepakbola Indonesia, ataukah justru menggerus identitas dan potensi talenta muda tanah air?

Bepe mencermati data dan statistik. Benar, Shin Tae-yong, pelatih Timnas Indonesia, masih mendominasi starting line-up dengan pemain lokal. Di Piala Asia 2023 dan kualifikasi Piala Dunia 2026, para punggawa muda seperti Asnawi Mangkualam, Pratama Arhan, dan Marc Klok bahu membahu dengan para pemain naturalisasi seperti Elkan Baggott dan Sandy Walsh.

"Jangan-jangan, Shin Tae-yong memahami pemikiran yang sama dengan para pelaku sepakbola nasional," gumam Bepe. "Bahwa di satu sisi, keberadaan pemain naturalisasi memang penting. Tapi di sisi lain, kesinambungan bakat-bakat asli Indonesia untuk terus berkembang juga lebih dari penting."

Di benak Bepe, terbayang masa depan sepakbola Indonesia. Ia membayangkan Timnas Garuda yang tangguh, di mana pemain lokal dan naturalisasi bersatu padu, saling melengkapi, dan membawa harum nama bangsa di kancah internasional.

"Mungkin program naturalisasi ini ibarat pisau bermata dua," Bepe merenung. "Di satu sisi, ia bisa menjadi senjata ampuh untuk mendobrak tembok prestasi. Di sisi lain, ia bisa menjadi bumerang yang menghancurkan identitas dan potensi sepakbola Indonesia."

Bepe menutup artikelnya dengan sebuah pertanyaan yang menggema di benak semua pecinta sepakbola Indonesia: "Akankah program naturalisasi ini menjadi berkah ataukah kutukan bagi Timnas Garuda?"

(Ar)