Pesan Untuk Rakyat

Rakyat Jangan Menjadi Lawuak Dalam Balango Para Elit yang Memiliki Kepentingan Pada Pilkada Kuansing

Kantor Bupati Kuansing (Foto:istimewa)

ILINE.ID OPINI - Seorang pembangkang lebih terhormat dari pada seorang penjilat. Seorang pembangkang akan tetap berdiri Kokok dg prinsip yang dia yakini benar. Namun, seorang penjilat hanya bisa berlindung dibawah ketiak tuannya.

Satu hal yang mesti kita ingat sebagai masyarakat biasa ini, kita jangan terprovokasi oleh tim-tim yang menghembuskan isu-isu guna untuk memprovokasi masyarakat, mereke bergerak atas kepentingan mereka sendiri, agar tuannya bisa menduduki kasta tertinggi, kita rakyat hanya akan dijadikan alat oleh mereka.

Pilkada ini adalah momentum rakyat menentukan pilihan terbaik, maka kita harus memilih pemimpin dari track record (rekam jejak).

Ingatlah, jangan kita memilih pemimpin yang memiliki latar belakang buruk, penghianat untuk daerah, bangsa, dan negara ini. Pilihan kita pada 27 November mendatang, akan menentukan nasib generasi dan nasib rakyat 5-10 tahun mendatang.

Pada era digital 4.0 dan sekarang negara negara besar sudah berbicara 5.0, informasi seburuk apapun akan mudah di manipulasi oleh orang-orang yang memiliki kepentingan, terlebih pada hiruk pikuk pada pesta rakyat sekarang ini, jika rakyat tidak jeli memilah dan memilih informasi maka akan mudah terperangkap oleh provokasi pemilik kepentingan.

Sebagai masyarakat yang akan merayakan pesta demokrasi, marilah kita mulai berpikir dengan bijak jangan kita menjadi "Lawuak dalam Balango", untuk para elit yang memiliki kepentingan tertentu, seperti di sebutkan pepatah orang kampung "Jiko tasosek di Ujuang jalan, Kito harus kembali kapangkal jalan", jika kita ragu memilih mana yang terbaik mari sama-sama kita lihat historis Kuansing, mana yang mendekati kepada kebaikan.

Pilkada bukanlah momentum caci maki, menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisi politik, pilkada adalah momentum masyarakat untuk memilih pemimpin yang mereka anggap pantas. Caci maki bukanlah sebuah nilai-nilai yang terkandung dalam sistim demokrasi, para elit politik yang ada di Kuansing harus memberi contoh politik yang baik kepada masyarakat.

Jika budaya caci maki ini terus tertanam di tatanan perpolitikan Kuansing, maka pada tahun 2024 ini, kampanye untuk "Pilkada Damai" yang terus menerus di gaungkan di jagat publik tidaklah berarti apa-apa.

Sebagai masyarakat harus kita sadari juga bahwa, jika ada para Tim pasangan calon yang terus menerus menebar kebencian terhadap lawan politiknya, psikologis calon dan tim bisa dikatakan sama, artinya mereka mempunyai misi tertentu, sehingga isu-isu negatif terus di gaungkan untuk memprovokasi masyarakat untuk mencapai hasrat politiknya bersama kroni-kroninya.(***)

SALAM HORMAT SAYA !!!

SALAM DEMOKRASI !!!

SALAM PILKADA DAMAI !!!

Noverman Melayu (Masyarakat Biasa)